Custom Search

Kamis, 01 Desember 2011

THIBBUN NABAWI : TERAPI HOLISTIK



Setelah sekian lama ditinggalkan dan kurang dikenal karena dianggap kuno dan tidak mengikuti perkembangan jaman, kini metoda pengobatan yang diajarkan Rasulullah saw, atau sering disebut thibbun nabawi, mulai dilirik lagi sebagai salah satu solusi kesehatan umat masa kini.

Memang, Rasulullah saw diutus ke muka bumi ini sebagai nabi dan rasul penutup, bukan sebagai dokter atau tabib. Tetapi dalam risalah yang beliau bawa terkandung banyak sekali nilai-nilai kesehatan dan kedokteran. Tak kurang dari 300 hadits yang berisi tentang pola hidup sehat dan lebih dari 50 hadits yang membahas penyakit dan cara pengobatannya. Ini semakin menunjukkan kesempurnaan Islam.

Diliriknya lagi thibbun nabawi terkait dengan gagalnya metoda pengobatan barat (baca: kimia sintetis) untuk memberikan hasil yang diharapkan. Alih-alih menyembuhkan, yang terjadi justru efek samping yang jauh lebih merugikan. Kenyataannya, rumah sakit makin penuh sesak dan tempat praktek dokter selalu penuh dengan pasien. Ini menunjukkan bahwa pengobatan dengan kimia sintetis tidaklah membawa manfaat, tapi justru mudharat penyakit yang makin berat dan sulit disembuhkan.

Berbeda dengan metoda pengobatan barat yang cenderung symphtomatic treatment (mengobati gejala penyakit), thibbun nabawi lebih menitikberatkan pengobatan dengan metoda causatic treatment (mengobati sumber penyakit) yang bersifat holistic (menyeluruh). Karena bersumber ilahiah, thibbun nabawi mengajarkan bahwa sumber utama kesembuhan penyakit bukan hanya aspek fisik, melainkan lebih banyak pada aspek spiritual.

Aspek spiritual memegang peran 50% terhadap kesembuhan. Selain itu, ada aspek mental (20%) dan emosional (20%) yang terkait dengan keyakinan terhadap kesembuhan dan ikhtiar dalam mencari kesembuhan. Sedangkan obat-obatan yang dikonsumsi (aspek fisik) hanya menempati porsi 10% dalam kesembuhan penyakit.

Semestinyalah umat Islam menjadikan thibbun nabawi sebagai pilihan pertama dan utama dalam upaya mencari kesembuhan, bukan sebagai alternatif terakhir saat kepepet atau bahkan terlambat. Kalau bukan kita umat Islam, siapa lagi yang akan menggunakan dan mengembangkan warisan luhur peradaban Islam yang terbukti manjur menyembuhkan penyakit tanpa efek samping ini? Ayo kembali ke thibbun nabawi!

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar