Custom Search
Selasa, 13 Maret 2012
Hipertensi Bisa Merusak Ginjal
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia. Tanpa pengendalian yang tepat dan cepat, pada tahun 2015 penyakit ginjal diperkirakan bisa menyebabkan kematian hingga 36 juta penduduk dunia.
Di Indonesia, peningkatan jumlah penderita gagal ginjal bisa dilihat dari data kunjungan ke poli ginjal dan banyaknya penderita yang menjalani cuci darah (hemodialisis). Dari data dari wilayah Jabar dan Banten dua tahun terakhir ini, bisa terlihat peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis. Pada tahun pertama tercatat hanya 2148 pasien dan meningkat menjadi 2260 pada tahun kedua. Dari jumlah itu, sekitar 30 persen pasien berusia produktif, yakni kurang dari 40 tahun.
Salah satu penyebab kerusakan ginjal adalah tekanan darah yang tidak terkontrol. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih keras. Akibatnya, sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak. Meski ancamannya mengerikan, masih banyak anggota masyarakat yang mengabaikan hipertensi. Pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi itu sendiri. Ketika belum merusak organ tubuh, penyakit tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya, pada tahap ini, orang masih merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya dan tidak merasa perlu memeriksakan diri.
Penanganan menjadi lebih sulit dan mahal karena penderita darah tinggi baru mengeluh dan memeriksakan diri ketika sudah sakit ginjal, jantung, lumpuh, buta, dan sebagainya. Pengabaian terhadap tekanan darah tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia yang masih tergolong sebagai negara berkembang. Di Amerika Serikat yang sistem asuransi kesehatannya jauh lebih baik, juga masih banyak terjadi pengabaian hipertensi.
Dr Rubin S Gondodiputro SpPD-KGH mengatakan, berdasarkan survei di AS, dalam kasus hipertensi didapati hasil yang kemudian disebut hukum separuh (the rule of half). Mudahnya begini, dari 100 orang hanya 50 orang yang tahu kalau dirinya menderita hipertensi. Lalu, dari 50 orang itu, hanya 25 orang yang berobat. Ironisnya, da ri 25 orang yang berobat, hanya 12,5 orang yang berhasil sembuh. "Itu hasil penelitian di Amerika, apalagi di Indonesia," kata Rubin.
Rubin mengatakan, di Indonesia belum pernah dilakukan studi komprehensif mengenai hipertensi. Sebab itu, dalam penentuan pasien menderita hipertensi atau tidak, Indonesia masih menggunakan standar WHO, yakni tekanan darah pada 140/90. Namun, angka ini hanya bisa dipakai pada pasien yang semata-mata hanya menderita hipertensi. "Pada kasus khusus, misalnya pada pasien yang juga menderita penyakit kencing manis, tekanan 130/80 sudah bisa dinyatakan hipertensi," kata Rubin.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit genetik. Namun, dengan gaya hidup yang tidak sehat, orang yang secara genetis tidak memiliki risiko juga bisa terkena hipertensi. Sebaliknya, dengan gaya hidup sehat, orang yang mewarisi gen hipertensi justru bisa terhindar. Ada banyak faktor risiko hipertensi, antara lain usia lanjut, diabetes, merokok, kolesterol, dan obesitas.
Baca juga:
1. WAKTU UTAMA MELAKUKAN BEKAM
2. PERLENGKAPAN BEKAM
3. AL HIJAMAH : SOLUSI ISLAMI UNTUK HIPERTENSI
Produk herba yang bisa digunakan untuk terapi hipertensi:
1. HABBATUSSAUDA OIL SOFTGEL
2. GAMALIFE
3. GREEN PALAPA
4. HABBATUSSAUDA PLUS MENGKUDU
5. HABBATUSSAUDA CAP DUA KURMA (MINYAK)
6. HABBATUSSAUDA CAP DUA KURMA 210
7. HABBATUSSAUDA CAP DUA KURMA 100
8. KOPI RADIX SINERGI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar